Minggu, 21 Oktober 2012

MUNCULNYA KERAJAAN KARANGASEM SASAK (SINGASARI ) DI LOMBOK


MUNCULNYA KERAJAAN KARANGASEM SASAK (SINGASARI ) DI LOMBOK

Sejak meninggalnya I Gusti Wayan Tegeh pada tahun 1775, Tanjungkarang tidak lagi memegang peranan penting dan digantikan oleh munculnya kerajaan Karangasem sasak yang sejak tahun 1720 telah berada di bawah pemerintahan I Gusti Anglurah Made Karangasem, Dewata di Pesaren Anyar Bali. Tidak banyak yang dapat di ketahui tentang kegiatannya, namun dalam struktur pemerintahan kerajaan Karangasem Sasak di Lombok ia menempati status yang paling tinggi yaitu sebagai wakil (koordinator) kerajaan Karangasem di pulau Bali. pada saat itu raja Mataram berstatus sebagai Patih, sedangkan raja-raja kecil lainnya seperti kerajaan Pagutan, Pagesangan, Sengkongo`, dan kerajaan Kediri memiliki status sebagai manca [18].
Semua penguasa di masing-masing kerajaan itu masih mempunyai hubungan kekeluargaan. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan diantara mereka, maka pada tahun 1720 kerajaan Karangasem Sasak di Lombok membangun sebuah pura yang megah sebagai tempat persembahyangan, yaitu pura Meru di Cakranegara Lombok sekarang [19].

Raja I Gusti Anglurah Made Karangasem yang kemudian setelah meninggal di sebut Dewata di Karangasem Sasak, mempunyai dua orang istri dan sepuluh orang anak. Diantara anaknya itu ada yang bernama Ratu Ngurah Made Karangasem, yang menggantikannya sebagai raja di kerajaan Karangasem Sasak. Dia kawin dengan saudara sepupunya yaitu putri dari raja Karangasem Bali, bernama I Gusti Ayu Agung[20].
Pada masa pemerintahannya, kerajaan Karangasem Sasak kekuasaannya semakin besar, beberapa kerajaan kecil seperti kerajaan Sengkongo`, dan kerajaan Kediri pada tahun 1804 ada dibawah kekuasaannya[21].

Kerajaan Karangasem Sasak Lombok yang dipimpin oleh Ratu Ngurah Made Karangasem ternyata keadaannya makin kuat dan mapan. Oleh karena itu berusaha melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Karangasem di pulau Bali[22] .
sementara itu melihat kekuasaan dari raja Karangasem Sasak, yang dapat menguasai seluruh Lombok. I Gusti Lanang Paguyangan (raja Karangasem di Bali pada waktu itu) berusaha menjatuhkan kerajaan Karangasem Sasak Lombok dengan jalan membesar-besarkan berita bahwa perkawinan raja Karangasem Sasak dengan I Gusti Ayu Agung tidak sah[23].
Hal ini dipakai alasan dalam membujuk raja Mataram Lombok I Gusti Ngurah Ketut Karangasem agar mau menyerang kerajaan Karangasem Sasak.

Pada tahun 1835 raja Karangasem Sasak Ratu Ngurah Made Karangasem meninggal, kemudian digantikan oleh putranya Ratu Gusti Ngurah Panji yang kemudian bergelar I Gusti Ngurah Made Karangasem, dibawah pemerintahannya konflik antara kerajaan Karangasem Sasak dengan kerajaan Mataram semakin tajam, oleh adanya campur tangan dua orang pedagang asing yaitu Mads Lange dari Denmark dan George Morgan King dari Inggris. Mads Lange menjalankan usahanya di pelabuhan Tanjungkarang sedangkan King di pelabuhan Ampenan.. kedua pedagang ini diijinkan oleh raja kerajaan Karangasem Sasak untuk menjalankan usahanya. George Morgan King berambisi sekali untuk mendapatkan monopoli perdagangan di Lombok, sehingga menimbulkan konflik dengan syahbandar Cina di Ampenan. Akhirnya pada tahun 1836 dia diusir dari Ampenan oleh raja Karangasem Sasak sehingga ia pindah ke Kuta Bali. Di Kuta ia tinggal hanya beberapa bulan saja, kemudian dia datang lagi ke Ampenan dan minta perlindungan raja Mataram I Gusti Ngurah Ketut Karangasem. Rupanya pedagang asing itu memanfaatkan sekali situasi konflik antara dua kerajaan tersebut untuk meraih keuntungan, terutama dalam perdagangan senjata, mesiu, dan alat-alat perang lainnya[24].

Pada bulan Januari 1838 pecahlah perang antara kerajaan Karangasem Sasak (singasari) melawan kerajaan Mataram. Perang itu meletus di sebabkan oleh pertikaian masalah air antara desa Kateng (wilayah Lombok Tengah bagian selatan) yang ada di bawah kekuasaan kerajaan Karangasem sasak dengan desa Penujak (juga wilayah Lombok Tengah bagian selatan) yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Mataram. Raja Mataram I Gusti Ngurah Ketut Karangasem menyatakan perang karena kerajaan Karangasem Sasak mengambil desa Penujak dan daerah sekitarnya ke dalam wilayahnya.

Pada mulanya Karangasem Sasak lebih kuat di banding dengan Mataram, namun kemudian keadaannya menjadi berubah kerajaan Mataram berangsur-angsur bertambah kuat berkat datangnya bantuan dari Karangasem di Bali. Demikian juga King membantu Mataram dengan kapalnya mengangkut senjata yang dibeli dari Singapura dan pasukan sekitar sepuluh ribu orang yang didatangkan dari Karangasem[25].

Akhirnya pada pertengahan tahun 1838 raja Mataram I Gusti Ngurah Ketut Karangasem tewas. Pasukan Mataram terus mengepung istana kerajaan Karangasem Sasak sehingga raja Karangasem Sasak I Gusti Ngurah Made Karangasem melakukan perang habis-habisan, yaitu puputan bersama lebih kurang tiga ratus orang termasuk keluarganya, kecuali dua orang anaknya laki-laki berumur 10 tahun dapat di selamatkan[26] .
setelah kerajaan Mataram menang melawan kerajaan Karangasem Sasak. Raja Mataram I Gusti Ngurah Ketut Karangasem yang langsung menggantikan ayahnya yang gugur, dan mengangkat Ida Ratu menjadi raja di Karangasem Sasak dengan gelar I Gusti Ngurah Made karangasem.

Menjelang akhir tahun 1838 raja Mataram I Gusti Ngurah Ketut Karangasem memindahkan Ibukota kerajaannya ke wilayah kerajaan Karangasem Sasak Lombok, kemudian beberapa tahun kemudian bekas ibukota Karangasem Sasak selesai dibina, dan tahun 1866 diganti namanya menjadi kerajaan Cakranegara. Cakra menurut bahasa sansekerta berarti lingkaran atau bundaran, dan Negara adalah kota, hunian, atau negeri. Jadi Cakranegara berarti kota hunian yang bundar melingkar[27].

MASA-MASA KEPEMERINTAHAN KERAJAAN CAKRANEGARA LOMBOK

Masa dari tahun 1866 sampai 1900 pemerintahan Cakranegara tumbuh subur dan makmur [28] walaupun pada waktu itu ada beberapa kekacauan seperti terjadi perselisihan-perselisihan antara masyarakat Hindu dengan masyarakat asli (suku Sasak), dilanjutkan dengan datangnya ekspedisi Belanda tahun 1894 mulai ada campurtangan Belanda, hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan kota Cakranegara.

Masa dari tahun 1900 sampai 1945 (masa kebangkitan Nasional), pada masa ini terjadi dualisme pemerintahan. Pemerintahan Hindu berpusat di Cakranegara, sedangkan pemerintahan Belanda berpusat di pertengahan antara Mataram dengan Ampenan. Belanda mulai mengarahkan usahanya bagi pembangunan ekonomi, dengan cara dibangunnya beberapa sarana dan prasarana pemerintahan seperti gedung kantor (kantor assisten residen, kontrolir, distrik), pasar, perumahan, dan jalan raya.

Pada masa ini sudah mulai diperhatikan tentang pengembangan wilayah, tidak saja pengembangan dari segi fisik namun dari segi lainnya seperti : pendidikan , ekonomi, dan sosial budaya. dengan berkembangnya sistem pendidikan modern pengaruh kekuatan Eropa mulai menyerap secara berangsur-angsur terutama wilayah Ampenan, sedikit berpengauh di wilayah Mataram dan Cakranegara. dengan dibangunnya sebuah HIS, beberapa buah volkschool dan vervolgschool di tiap-tiap ibukota kedistrikan.

Jika sebelum kekuasaan Belanda datang di pulau Lombok ini hampir seluruh orang Sasak maupun orang Hindu menumpu kehidupannya dari hasil pertanian. Pada masa kedudukan Belanda hubungan dengan dunia luar cukup baik, hal ini terbukti oleh adanya kedatangan bangsa-bangsa lainnya seperti Cina dan Arab, berdatangan menginjak ke Pulau Lombok ini melalui pelabuhan Ampenan. Dan akhirnya di kota Ampenan inilah mulai berkembang pusat perdagangan sebagai benteng perekonomian bagi bangsa Belanda dan lambat laun mengarah ke Mataram dan akhirnya ke Cakranegara.

Masa dari tahun 1945 sampai 1959. pada masa ini pergantian kepemimpinan pemerintahan di pulau Lombok. Untuk Lombok timur oleh Mamiq Padelah, Lombok tengah Lalu Srinata, dan Lombok barat I Gusti Ngurah berpusat di Cakranegara. pada tahun 1950, masuk wilayah republik Indonesia dan terbentuknya pemerintahan daerah tingkat I Nusa Tenggara Barat berpusat di Mataram, tentang perpindahan ibukota pemerintahan ke wilayah Mataram tidak dijelaskan secara rinci.

Masa dari tahun 1959 sampai 1965 (daerah tingkat II Lombok Barat dengan bupati pertama Lalu Anggrat, BA). Pada masa ini pusat pemerintahan tidak lagi di Cakranegara, melainkan di Mataram, oleh sebab itu kebijakan pemerintah pada masa ini lebih banyak mengambil tindakan yang strategis dan mendasar dibidang pemerintahan untuk kota Mataram khususnya, dan menghapus struktur birokrasi pemerintahan wilayah kepunggawaan orang Bali, (kepunggawaan Cakranegara) diganti dengan kedistrikan Cakranegara yang tidak lagi khusus membawahi seluruh permukiman masyarakat Hindu-Bali. Kedudukan kedistrikan Cakranegara disamakan dengan kedistrikan lainnya yang mempunyai satu wilayah pemerintahan berdasarkan teritorial.

Masa dari tahun 1965 sampai 1972 (daerah tingkat II Lombok Barat dengan bupati kedua Drs. Sa`id). Pada masa ini sistem pemerintahan kedistrikan yang di bentuk oleh Lalu Angrat, BA dihapus karena mempunyai nuansa “negara di dalam negara” dan diganti dengan pemerintahan Kecamatan.

Sejak dari tahun 1972 sampai sekarang, kota Cakranegara yang dahulunya merupakan ibukota pemerintahan terbesar di pulau ini, kini berubah menjadi sebuah kota kecamatan, di bawah kodya Mataram. Hal ini sedikit berpengaruh terhadap penentuan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan wilayahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar